Maha Besar Bagi-MU Yaa Tuhan Semesta alam....
Kedua
orang tua sudah bersusah payah membesarkannya, mendidik dengan nilai-nilai
Islam agar menjadi anak yang sholeh, memelihara kesehatan anaknya, memberi
makan dan minum serta menjaganya siang dan malam, di saat sehat maupun sakit.
Bahkan tak jarang orang tua harus mengesampingkan kebutuhannya demi memenuhi
kebutuhan sang anak. Dalam hal ini Al-Qur’an telah mengisyaratkan tentang
kesukaran dan penderitanan ibu dan bapak di dalam mengasuh anaknya. Untuk itu
Allah swt. Berfirman: „.Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya (pula) dengan susah payah…"(Qs. Al-Ahqaf : 46-15)
Betapa
beratnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan membesarkan seorang anak
hingga tumbuh dewasa, Dan tidaklah mudah membesarkan seorang anak sehingga ia
bisa menjadi hamba Allah yang taat, sholeh dan patuh atas segala perintah Allah
swt. Anak seperti inilah yang merupakan dambaan setiap orang tua. Karena selain
sebagai perhiasan kehidupan dunia, anak yang sholeh juga merupakan perisai bagi
kedua orang tuanya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Seorang penyair yang
bijaksana mengatakan : "Karunia Allah atas hamba-hamba(Nya) sangat banyak.
Dan yang paling agung ialah anak-anak yang mulia, mereka adalah perisai
orangtua di dunia dan akhirat".
KEWAJIBAN BERBAKTI KEPADA KEDUA
ORANGTUA
Allah
swt memintakan perhatian yang sangat terhadap hak kedua orangtua, sehingga
perintah memuliakan itu ditempatkan dalam urutan langsung setelah perintah
beribadah kepada Allah dan mengesakan-Nya. Diungkapkan dalam firman-Nya:
„Beribadahlah kepada Allah dan jangalah kalian mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah terhadap ibu Bapak. (An-Nisa : 36).
Dalam
hadits lain disebutkan ,Abdullah ibnu Mas’ud ra berkata: „Aku bertanya kepada
Rasulullah saw. : "Amal perbuatan apakah yang paling disukai Allah ?"
Rasulullah saw. Menjawab : "Shalat pada waktunya". Aku bertanya
kembali "Kemudian apa lagi ? :"Berbaktilah pada kedua orang tua „.
Aku bertanya lagi :"Kemudian apa lagi ? Rasulullah saw. Menjawab :
"Berjihadlah di jalan Allah". (HR. Imam Bukhari ).
Kewajiban
berbuat baik kepada orangtua termasuk menunaikan hak orang tua dan (kewajiban
terhadap) mereka berdua, tetap mentaati keduanya dalam rangka taat kepada Allah
swt, melakukan hal-hal yang membuat mereka berdua senang dan menjauhi berbuat
buruk terhadap mereka. Rasulullah saw.
Telah bersabda : „Ingatlah akan kuberitahukan kepada kalian dosa-dosa yang
paling besar (diulang-ulang hingga tiga kali), yaitu menyekutkan Allah dan
menyakiti kedua orang tua „(AlHadits).
Sekali-kali
Allah tak akan suka terhadap anak yang membuat murka orangtuanya. Karena
sesungguhnya murka orangtua adalah murka Allah juga. Dan barang siapa membuat
Allah murka (karena membuat kemarahan orang tua), maka dia akan merugi dunia
akhirat.
Beberapa
perbuatan-perbuatan yang termasuk menyakiti Ibu dan Ayah antara lain membuat
Orang tua Susah atau mencaci maki Ibu dan Ayah. Berbakti terhadap kedua orang
tua merupakan suatu ketetapan, yang harus dilakukan selagi tidak menyangkut
hal-hal yang mengharamkan barang yang halal atau menghalalkan barang yang
haram. Karena sesungguhnya ketaatan terhadap makhluk itu tidak diperbolehkan
apabila menyangkut masalah durhaka terhadap Sang Maha Pencipta. " Dan kami
perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah dan menyapihnya dalam
dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku lah tempat
kembalimu." „Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu, janganlah kamu ikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali pada-Ku, kemudian hanya kepadaKu lah kembalimu, maka akan
Kuberitakan padamu apa yang telah kamu perbuat." (Luqman 14-15).
Pahala
berbakti tidak terputus dengan matinya kedua Orangtua. Dalam suatu hadits
dikatakan : „Tatkala kami sedang duduk di hadapan Rasulullah saw. Tiba-tiba
datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani Salamah- Lelaki itu
bertanya:"Wahai Rasulullah, apakah baktiku terhadap kedua orangtuaku masih
tetap ada (pahalanya), jika kulakukan sesuatu sebagai baktiku terhadap mereka
berdua sesudah mereka tiada ?". Rasulullah menjawab :"Ya, masih ada,
yaitu mendo’akan dan memohonkan ampunan untuk mereka; menunaikan
pesan-pesannya, dan mengadakan silaturrahmi kepada orang-orang yang selalu
dihubungi oleh kedua orang tuanya, serta memuliakan kawan-kawan dekat mereka.
(HR. Abu Daud, Ibnu Mjah).
Terdapat
banyak ayat yang mendudukkan ridha orang tua setelah ridha Allah dan keutamaan
berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan beriman kepada Allah. Allah
berfirman yang artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia kepada dua orang ibu-bapanya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Lukman: 14).
Lihat pula QS. al-Isra 23-24, an-Nisa 36, al-An’am 151, al-Ankabut 08.
ADA LIMA KRITERIA YANG MENUNJUKKAN
BENTUK BAKTI SEORANG ANAK KEPADA KEDUA ORANG TUANYA.
Pertama,
tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau tercium dari
kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap
bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut, sebagaimana dulu
keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak enak yang muncul dari diri kita
ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa susah dan jemu terhadap orang tua
sedikit pun.
Kedua,
tidak menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
Ketiga,
mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan sikap
sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak memanggil
keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan keduanya.
Tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya
pandangan kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan.
Allah berfirman yang artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24). Urwah
mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang menimbulkan
kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan pandangan kepada keduanya. Karena
tanda pertama kemarahan seseorang adalah pandangan tajam yang dia tujukan
kepada orang yang dia marahi.
Keempat,
berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai balasan
kasih sayang keduanya terhadap kita.
Kelima,
bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati keduanya
selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan
untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang
seorang anak kepada orang tuanya.
Perintah
Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal
yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan
sampai-sampai al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada
kedua orang tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir. “Dan jika
keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergauilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Ku lah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.
Lukman: 15)
SYARAT MENJADI ANAK BERBAKTI
Ada
tiga persyaratan yang harus dipenuhi, agar seorang anak bisa disebut sebagai
anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya:
KEUTAMAAN MENJADI ANAK YANG
BERBAKTI
1.
Termasuk Amal yang Paling Allah Cintai
Dari
Abdullah bin Mas’ud, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Amal apakah yang paling
Allah cintai.” Beliau bersabda, “Shalat pada waktunya,” Aku bertanya, “Kemudian
apa?” Nabi bersabda, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya, “Kemudian
apa?” Nabi bersabda, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2.
Masuk Surga
Dari
Abu Hurairah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celaka, celaka, dan celaka.” Ada yang bertanya, “Siapa dia wahai Rasulullah?”
Nabi bersabda, “Dia adalah orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah
satu dari keduanya dalam usia tua, akan tetapi kemudian dia tidak masuk surga.”
(HR Muslim)
Dari
Muawiyah bin Jahimah dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu, aku menemui Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bermusyawarah dengan beliau tentang jihad di
jalan Allah. Nabi bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” “Ya,”
kataku. Nabi pun bersabda, “Selalulah engkau berada di dekat keduanya. Karena
sesungguhnya surga berada di bawah kaki keduanya.” (HR. Thabrani, al-Mundziri
mengatakan sanadnya jayyid)
3.
Panjang Umur dan Bertambah Rezeki
Dari
Salman, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada yang bisa menolak takdir kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur
kecuali amal kebaikan.” (HR. Turmudzi dan dihasankan oleh al-Albani) Anas
mengatakan, “Barang siapa yang ingin diberi umur dan rezeki yang panjang maka
hendaklah berbakti kepada kedua orang tuanya dan menjalin hubungan dengan karib
kerabatnya.” (HR. Ahmad)
4.
Semua Amal Shalih Diterima dan Kesalahan-Kesalahan Diampuni
Allah
ta’ala berfirman: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah . Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh
tahun ia berdoa, ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku
dengan kepada anak cucuku. Sesungguhnya
aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri’. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal
yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan
mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah
dijanjikan kepada mereka.” (QS al-Ahqaf: 15-16)
Dari
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu ada seorang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lalu berkata, “Sesungguhnya aku melakukan sebuah dosa yang sangat besar.
Adakah cara taubat yang bisa ku lakukan?” Nabi bertanya, “Apakah engkau masih
memiliki ibu.” “Tidak” jawabnya. Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki
bibi dari pihak ibu.” “Ya,” jawabnya. Nabi bersabda, “Berbaktilah kepada
bibimu.” (HR. Tirmidzi)
5.
Mendapatkan Ridha Allah
Dari
Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridha
Allah tergantung ridha kedua orang tua dan murka Allah tergantung murka kedua
orang tua.” (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani)
Diantara
dalilnya adalah kisah Ashabul Ghar, yaitu tiga orang yang tertangkap dalam goa.
Salah satu diantaraa mereka adalah seorang yang sangat berbakti kepada kedua
orang tuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7.
Lebih Utama Daripada Hijrah dan Jihad
Dari
Abdullah bin Amr bin al-Ash ada seorang yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam lalu berkata, “Aku hendak membaiatmu untuk berhijrah dan berjihad
dalam rangka mengharap pahala dari Allah.” Nabi bertanya kepada keduanya,
“Apakah diantara kedua orang tuamu ada yang masih hidup.” “Ya, kedua-duanya
masih hidup.” Jawabnya. Nabi bertanya, “Engkau mengharap pahala dari Allah?”
“Ya.” Jawabnya. Nabi bersabda, “Pulanglah, temui keduanya dan sikapilah
keduanya dengan baik.” (HR. Muslim)
8.
Orang Tua Ridha dan Mendoakan
Jika
seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya, tentu keduanya akan senang,
dan pertanda ridhanya kepadanya. Kemudian mendoakannya, sedangkan doa orang tua
itu pasti terjawab.
DO’A YANG MUSTAJAB: Ada
tiga orang yang doanya mustajab dan hal tersebut tidak perlu diragukan lagi.
Tiga orang tersebut adalah doa orang yang teraniaya. Doa orang yang sedang
bepergian dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya. (HR. Ibnu Majah dan
dihasankan oleh al-Abani)
9.
Anak Kita Akan Berbakti Kepada Kita
Sikap
bakti adalah hutang, maka sebagaimana kita berbakti kepada orang tua kita, maka
anak kita pun akan berbakti kepada kita.
10.
Tidak Akan Menyesal
Seorang
anak yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan penyesalan
ketika keduanya sudah meninggal dunia dan belum sempat berbakti.
11.
Dipuji Banyak Orang
Bakti
kepada kedua orang tua adalah sifat yang terpuji dan orang yang memiliki sifat
ini pun akan mendapatkan pujian. Kisah Uwais al-Qorni adalah diantara dalil
tentang hal ini.
12.
Merupakan Sifat Para Nabi
Tentang
Yahya ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman, “Dan seorang yang berbakti kepada
kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS.
Maryam: 14)
Tentang
Isa ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman, “Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)
Tentang
Ismail ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman, “Maka tatkala anak itu
sampai berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar’.” (QS. ash-Shaffat: 102)
ANAK PERISAI ORANGTUA
Jika
sesorang melihat apa yang telah dialami sang ibu dan segala penderitaannnya
sewaktu ia mengandung anaknya hingga melahirkannya, tak diragukan lagi
bahwasannya semua jerih payah kedua orang tua itu menuntut sang anak agar
berbakti kepada mereka berdua. Sang anak wajib menghormati, menjalin ikatan dan
memuliakan orangtuanya.
Tak
terlukiskan lagi betapa kesulitan dan kepayahan yang telah dirasakannya selama
mendidik anaknya dan memerlihara serta mengurus segala kebutuhannya semasa ia
masih kecil. Demikian pula tak ternilai betapa kasih sayang sang ibu yang tulus
jika sang anak telah dewasa. Tak kalah pula peranan sang ayah di dalam jerih
payahnya mencari nafkah, karena mengemban kewajiban memelihara dan mengasuh
serta memberi nafkah dan membiayai pendidikan anaknya.
BERLAKU LEMAH LEMBUT TERHADAP KEDUA
ORANG TUA
Betapa
besar kewajiban anak terhadap orang tua, sampai-sampai anak pun dilarang
berpaling sedikit pun dari perintah orang tua, walaupun berkata ‘ah’.
Allah
swt berfirman : ‘’Maka jangalah kamu katakan pada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah pada mereka perkatan yang mulia.
Rendahkanlah dirimu terhadap keduannya serta berdo’alah: ‘’ Wahai Robbku,
kasihinilah kedua orang tuaku sebagaimana keduanya mengasihi aku diwaktu
kecil". (Al Israa 23-24).
Termasuk
juga dalam cara berbicara terhadap orang tua anak harus memperhatikan sopan
santun. Allah swt telah berfirman : „Dan
ucapkanlah kepada mereka berdua perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (17:23-24).
Apakah
yang dimaksud dengan „perkataan yang mulia dalam ayat diatas" ? Sa’id
ibnul Musayyab menjawab: „Bagaikan bicaranya hamba sahaya yang berbuat
kekeliruan, tehadap tuannya yang galak. Terlebih-lebih bila kita mempunyai
orangtua yang sudah berumur, yang mana dituntut kesabaran dan ketelatenan
tinggi dalam mengurus mereka.
DO’A UNTUK AYAH DAN IBU
Sehubungan
dengan kewajiban mendo’akan ibu dan ayah, Allah swt. Telah berfirman : „dan
Rabb-mu telah memerintahkan supaya kalian jangan beribadah selian kepada dia
dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu dan Ayah kalian dengan
sebaik-baiknya, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-keduanya
sampai berumur lanjut jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua denga
penuh kesayangan dan ucapkanlah:"ya Rabbi, kasihinilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil". (QS
17:23-24). Perintah yang terkandung di
dalam makna ayat ini menunjukkan wajib. Oleh karena itu anak harus mendo’akan
untuk kedua orang tuanya agar mereka diberi rahmat oleh Allah. Sahabat
Rasulullah bernama Sufya ra pernah ditanya seseorang: „Berapa kalikah do’a yang
harus dipanjatkan pleh seseorang untuk kedua orang tuanya dalam sehari, atau
satu bulan atau satu tahun ?" Sufya ra menjawab :"Kami kira cukuplah
seandainya ia mendo’akan kedua orang tuanya pada akhir tahiyyat
shalatnya."
BENTUK-BENTUK MEMULIAKAN IBU DAN
AYAH
Di
antara bentuk-bentuk yang luhur tentang berbakti pada kedua orangtua, ialah
sebagaimana yang telah diceritakan oleh Al-Qur'an mengenai Nabi Ismail, yaitu
tatkala ayahnya, Nabi Ibrahim berbicara kepadanya tentang perintah menyembelih
dirinya : "...Ibrahim berkata : "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahya aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah, apa yang diperintahkan
kepadamu, Insya Allah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Nabi
Ismail menyerahkan dirinya secara suka rela untuk disembelih oleh ayahnya; akan
tetapi Allah swt. memuliakannya dan bahkan menggantikannya dengan seekor domba
yang besar, seperti yang diceritakan oleh ayat berikut ini: "Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (Qs. 37-107).
Dan
kisah lainnya yang menceritakan, bahwa pada suatu hari khalifah 'Umar ra.
kedatangan seorang lelaki. Lelaki itu berkata kepada sang khalifah:
"Sesungguhnya aku mengurusi ibuku sebagaimana ia mengurusiku semasa aku
masih kecil. Apakah dengan demikian berarti saya telah menunaikan kewajibanku
terhadapnya ?". Khalifah 'Umar ra. menjawab: "Tidak". Lelaki itu
kembali bertanya: "Mengapa demikian". Khalifah 'Umar ra. menjawab:
"Sesungguhnya ibumu mengurusi dirimu dengan harapan agar engkau hidup,
sedangkan engkau negurusi dia dan engkau mengharapkan kematiannya.
Dari
kisah diatas dapat diambil sebuah hikmah bahwa jasa seorang Ibu tidak dapat
dibalas dengan jas anak terhadap dirinya. Walaupun sang anak sudah berusaha
membalasnya dengan cara mengurusinya. Terlebih-lebih bagi anak yang enggan
mengurusi orangtuanya yang sudah beranjak tua.
Demikianlah
Islam memuliakan kedudukan orangtua dihadapan anaknya. ‘Abdullah ibnu Umar
telah menceritakan suatu riwayat bahwasanya Rasulullah saw. Pernah bersabda :
"Keridhoan Rabb terletak pada keridhoan kedua orangtua, dan kemurkaan Rabb
terletak pada kemurkaan kedua orangtua". (HR. Turmudzi ).
Barangsuapa
yang membuat ridhla kedua orangtuanya, berarti ia telah mendapat keridhoan
Allah. Yang demikian itu adalahperisai dunia yang dapat memasukkan kedua
orangtuanya ke surga.